MARAHLAH... Oase Iman

[08:12, 12/1/2016] Robert Taufan Nur Rahman: MARAHLAH... 

Marah itu sifat manusia dan tidak selalu tercela. Ada kalahnya marah itu wajib dan pelakunya mendapat pahala.

Marah karena kehormatannya dinodai dan simbol simbol keagamaan dinista adalah harus. Bahkan jika tidak marah perlu dipertanyakan keimanannya.

Dalam sejarah Muawiyah bin Abu Sufyan pernah marah.  Hasilnya dia mengirim bala tentara ke Romawi dengan menggunakan bahtera. Dan ini baru pertama kali dalam sejarah kaum muslimin.

Ketika Mu'tashim Billah marah,  dia dapat menaklukan kota Amoria,  Benteng terbesar milik Bizantium.

Ketika Shalahuddin Al-Ayuby marah,  dia berjanji kepada Allah tidak akan terseyum sampai ia mengembalikan Palestina ke pangkuan Islam. 

Dan di tangannya Palestina direbut setelah seratus tahun umat islam tertindas di bumi Palestina.

Ketika Abdurahman Al Ghafiqy marah, pasukan muslimin yang dipimpinannya sampai merengsek ke jantung kota Paris.

Ketika Muhammad Al Fatih marah,  dia dapat menaklukan kita Konstantinopel, Benteng terbesar bangsa Romawi.Setelah ratusan tahun menjadi mimpi setiap muslim. 

Ketika ulama,  umara dan Raja Raja Arab marah, mereka mengirim surat protes untuk United Nation 

Ketika kaum muslimin Indonesia marah,  3 juta umat Islam menuhi Jalan Tamrin, Sudirman dan sekitarnya. 

Dan akan memadati Monas dengan jumlah yang lebih besar lagi..

Maka marahlah.... 
ketika harga dirimumu diinjak injak, 

Marahlah..... 
ketika kehormatanmu dinidai. 

Marahlah......
ketika perkataan ulama dilecehkan. 

Marahlah.....
ketika kitab yang paling suci ini dinista.

Marahlah.... 
Agar dunia tahu bahwa masih ada muslim di bumi Indonesia,  yang siap menjaga Islam dan kaum muslimin 

Agar dunia tahu.... 
Kitalah Muawiyah itu.. 
Kitalah Mu'tashim billah itu
Kitalah Shalahuddin itu.... 
Kitalah Abdurahman Alghqfiqy itu.. 
Kitalah Muhammad Al Fatih itu. 

Yang siap menjaga kehormatan Islam dan kaum muslimin. 

Marahlah.... 
Kemarahan yang akan membangkitkan gelombang,  badai dan halilintar yang tak akan dapat dibendung..

Tak ada arti hidup,  jika kitab yang paling  kita sucikan dinista dan dilecehkan. 

Tak ada arti hidup,  jika sipenista tidak dihukum seberat beratnya dan masih bebas menghirup udara luar.

1 Desember 2016.
 

Dikutip dari             : Muslim Djamil

Penulis                   : Robert Taufan Nur Rahman
 

Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share.  Lets change the world together saudaraku !...